Integrasi Kecerdasan Holistik RASULULLAH SAW Untuk Generasi Muda Berkarakter di Pendidikan Era Industri 4.0

Authors

  • Siti Farida Institut Agama Islam Nazhatut Thullab Sampang
  • Fitrotin Jamilah Institut Pesantren Abdul Chalim Mojokerto
  • Ahmad Khotib
  • Joni Joni

DOI:

https://doi.org/10.53958/wb.v4i2.37

Keywords:

Industri 4.0, Integrasi, Karakter, Pendidikan

Abstract

ABSTRAK
Integrasi adalah penggabungan suatu hal agar menjadi satu kesatuan yang utuh dalam satu tujuan. Pada Globalisasi saat ini, pengembangan teknologi dan era revolusi industry 4.0, sebuah era baru yang menekankan pada pola digital economy,artificial intelligence (kecerdasan buatan), big data, robotic. Dimana era 4.0 merupakan fenomena disruptive innovation. Istilah disruptive innovation dicetuskan pertama kali oleh Clayton M. Christensen dan Joseph Bower; inovasi yang membantu menciptakan pasar baru yang mengubah konsep pekerjaan, struktur pekerjaan, dan kompetensi yang dibutuhkan dunia pekerjaan. Era revolusi industri 4.0 juga mengubah cara pandang tentang pendidikan. Perubahan yang dilakukan tidak hanya sekedar cara mengajar, tetapi jauh lebih esensial, yakni perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan itu sendiri. Pendidikan karakter bukan hal yang baru di Indonesia. Tokoh-tokoh pendidik Indonesia pra
kemerdekaan, seperti Kartini, Ki Hajar Dewantara, Soekarno Hatta, Moh Natsir sudah memulai apa yang dinamakan pendidikan karakter sebagai semangat pembentukan kepribadian dan identitas bangsa sesuai konteks dan situasi yang terjadi saat itu. Membangun dan mencetak karakter merupakan keprihatinan pokok para tokoh tersebut. Mereka menggagas sebuah bangsa yang memiliki sebuah identitas tersendiri. Ide dan gagasan itu mulai dari hasil pengembaraan dan perantauan mental para pemikir dan cendikiawan. Dari ide dan gagasan itu, muncullah semangat karakter kebangsaan yang harus diperjuangkan dengan perjuangan tanpa akhir sehingga muncullah Negara Indonesia saat ini. Ki Hajar Dewantara misalnya, telah mengajarkan pendidikan karakter melalui praktek
pendidikan yang mengusung kompetensi alam murid, bukan dengan perintah paksaan, tetapi dengan tuntunan. Cara mendidik seperti ini lebih dikenal dengan pendekatan among, yang lebih menyentuh pada tataran etika dan perilaku yang tidak terlepas dengan karakter seseorang. Membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan, mutlak dibutuhkan. Mulai diri sendiri, lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat dengan meneladani para tokoh tersebut.

References

[1] Haris, Abd. 2018. Tantangan, Peluang di Era 4.0. Presentasi disajikan dalam Seminar Nasional Upaya Menyikapi Polemik Sarjana Pendidikan Dasar, Jurusan PGMI UNISLA, Lamongan, 5 Mei.
[2] https://googleweblight.com/i?u=regional.compas.com/read/2018/02/03/10041991/penganiayaan-guru-oleh-siswa-disamping-begini-kronologinya&hl=id-ID
[3] https://m.detik.com/news/jawatengah/3981262/guru-yang-tampar-muridnya-dipurwokerto-dipolisikan-ortu-korban
[4] Mahbubi, M. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Ilmu, Sekretariat Jendral MPR RI. 2012.
[5] Sekretariat Jendral MPR RI. 2012. Panduan Pemasyarakatan yang memuat tentang materi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sesuai dengan urutan Bab, Pasal, dan Ayat serta Ketetapan dan Keputusan MPR

Downloads

Published

2019-12-31

How to Cite

Farida, S., Jamilah, F., Khotib, A., & Joni, J. (2019). Integrasi Kecerdasan Holistik RASULULLAH SAW Untuk Generasi Muda Berkarakter di Pendidikan Era Industri 4.0. Widya Balina, 4(2), 20–39. https://doi.org/10.53958/wb.v4i2.37